سنن الدارمي ٧٨٦: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ بَهْرَامَ عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ قَالَ سُئِلَ ابْنُ عَبَّاسٍ عَنْ الْمَرْأَةِ تُسْتَحَاضُ قَالَ تَنْتَظِرُ قَدْرَ مَا كَانَتْ تَحِيضُ فَلْتُحَرِّمْ الصَّلَاةَ ثُمَّ لِتَغْتَسِلْ وَلْتُصَلِّ حَتَّى إِذَا كَانَ أَوَانُهَا الَّذِي تَحِيضُ فِيهِ فَلْتُحَرِّمْ الصَّلَاةَ ثُمَّ لِتَغْتَسِلْ فَإِنَّمَا ذَاكَ مِنْ الشَّيْطَانِ يُرِيدُ أَنْ يُكْفِرَ إِحْدَاهُنَّ
Sunan Ad Darimi 786: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Bahram dari Syahr bin Hausyab ia berkata: " Ibnu Abbas radliallahu 'anhu pernah ditanya tentang seorang wanita yang mengalami istihadhah, beliau menjawab: 'Hendaknya ia menunggu masa yang ia biasa mengalami haid, ia juga diharamkan mengerjakan shalat, kemudian hendaklah ia mandi dan shalat sampai datang masa haid (di hari-hari biasanya), yang jika telah tiba ia diharamkan mengerjakan shalat, karena ia (istihadhah) itu dari setan untuk mengafirkan seseorang dari mereka (kaum wanita) ".
Sunan Ad Darimi Nomer 786