مسند أحمد ٦٩٥٠: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يَبِيعَ حَاضِرٌ لِبَادٍ أَوْ يَتَنَاجَشُوا أَوْ يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ أَوْ يَبِيعَ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ وَلَا تَسْأَلْ الْمَرْأَةُ طَلَاقَ أُخْتِهَا لِتَكْتَفِئَ مَا فِي صَحْفَتِهَا أَوْ إِنَائِهَا وَلْتَنْكِحْ فَإِنَّمَا رِزْقُهَا عَلَى اللَّهِ
Musnad Ahmad 6950: Telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Az Zuhri dari Sa'id Ibnul Musayyab dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam melarang orang kota menjual kepada orang pedalaman, berjualan dengan najasy (menaikkan harga bukan dengan maksud untuk membelinya tapi agar orang lain terpedaya-pent), seorang lelaki yang melamar di atas lamaran saudaranya, menjual di atas penjualan saudaranya, dan seorang wanita tidak boleh meminta agar saudaranya (seiman) diceraikan dan keluarganya cerai-berai, sehingga ia dapat menikahi suaminya, dan hendaklah ia hanya menerima rezeki (suami) yang diberikan Allah kepadanya.
Musnad Ahmad Nomer 6950