مسند أحمد ١٠٩٨٤: وَنَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُسَافِرَ الْمَرْأَةُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ أَوْ ثَلَاثِ لَيَالٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ قَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ فِي حَدِيثِهِ قَزَعَةُ مَوْلَى زِيَادٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ قَزَعَةَ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ عَنْ صَلَاةٍ بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى تُشْرِقَ الشَّمْسُ وَلَمْ يَشُكَّ ثَلَاثَ لَيَالٍ
Musnad Ahmad 10984: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam melarang seorang wanita melakukan safar dengan jarak perjalanan di atas tiga hari atau tiga malam, kecuali bersama dengan mahramnya." Abdul Aziz menyebutkan dalam haditsnya Qaza'ah mantan budak Ziyad. Dia berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bukair berkata: telah mengabarkan kepada kami Hisyam bin Abu Abdullah dari Qotadah dari Qaza'ah, (redaksinya sama dengan hadits diatas) hanya saja ia menyebutkan: "(melarang) shalat setelah shalat subuh hingga matahari terbit, " dan ia tidak merasa ragu dengan lafazh: 'tiga malam'.
Musnad Ahmad Nomer 10984