بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا اَنْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى رَجُلٍ مِّنْهُمْ اَنْ اَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ قَالَ الْكٰفِرُوْنَ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ مُّبِيْنٌ ﴿٢﴾
a kāna lin-nāsi 'ajaban an auḥainā ilā rajulim min-hum an anżirin-nāsa wa basysyirillażīna āmanū anna lahum qadama ṣidqin 'inda rabbihim, qālal-kāfirụna inna hāżā lasāḥirum mubīn
Pantaskah manusia menjadi heran bahwa Kami memberi wahyu kepada seorang laki-laki di antara mereka, “Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan.” Orang-orang kafir berkata, “Orang ini (Muhammad) benar-benar pesihir.” (2)
Ibnu jarir meriwayatkan dari ad-Dhahhak dari ibnu Abbas bahwa ketika Allah mengutus Muhammad sebagai Rasul, sebagian Bangsa Arab mengingkarinya. Kata mereka,”Allah terlalu agung utnuk mengangkat seorang Rasul dari kalangan manusia”. Maka Allah menurunkan firmannya,”dan kami tidak mengutus sebelummu, melainkan seorang laki-laki..”(12:109). Setelah berulang kali Allah menunjukan hujjah kepada mereka, mereka pun berkata,”kalaupun manusia, maka selain Muhammad tentu lebih berhak menrima risalah.” Allah saw berfirman,”dan mereka berkata, mengapa alquran ini tidak diturunkan kepada seseorang..”(43:31) yang lebih mulia dari pada Muhammad. Yang mereka maksud adalah al-Walid bin Mughirah dari Mekah dan Mas’ud bin Amr ats-Tsaqafi dari Thaif. Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai bantahn terhadap mereka.