بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ ﴿١﴾
innā a'ṭainākal-kauṡar
Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. (1)
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ﴿٢﴾
fa ṣalli lirabbika wan-ḥar
Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). (2)
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ﴿٣﴾
inna syāni`aka huwal-abtar
Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah). (3)
Al-Bazzar dan yang lainnya meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas yang berkata, “Suatu ketika, Ka’ab bin Asyraf datang ke Mekkah. Orang-orang Quraisy lalu berkata kepadanya, ‘Engkau adalah pembesar diantara mereka (penduduk Madinah). Bagaimana pendapatmu tentang seorang yang memisahkan diri serta memutuskan hubungan dengan kaumnya seraya mendakwahkan bahwa ia lebih baik dari kami, padahall kami adalah para pelayan jama’ah haji, yaitu yang bertanggung jawab member minum jamaah dan melayani mereka?’Ka’ab lantas berkata, ‘Kalian jauh lebih baik dari dia.’ Tidak lama kemudian, turunlah ayat, “Sungguh orang-orang yang membencimu dialah yang terputus dari (rahmat Allah).’ ”
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dalam kitab Al-Mushannaf, demikian juga Ibnul Mundzir, dari Ikrimah yang berkata, “Pada saat Nabi saw. Mulai menerima wahyu, orang-orang Quraisy berkata, ‘Muhammad telah terputus (hubungannya) dari kita.’ Setelah itu, turunlah ayat, “Sungguh orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi yang berkata, “Jika anak laki-laki seseorang meninggal dunia maka orang-orang Quraisy biasa mengatakan, “Si Fulan telah terputus.’ Demikianlah, tatkala anak laki-laki-laki Nabi Saw meninggal, Al-‘Ash bin Wa’il lantas berkata, ‘Muhammd telah terputus.’ Setelah itu, turunlah ayat ini.”
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan hal senada dalam kitab ad-Dalail dari Muhammad bin Ali, tetapi di dalam riwayat itu disebutkan bahwa anak Nabi saw yang meninggal adalah Qasim.
Dari Mujahid diriwayatkan, “ayat ini turun berkenaan dengan Al-‘Ash bin Wa’il, yaitu karena ia berkata, ‘Saya adalah musuh Muhammad.’ ”
Imam Ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Abi Ayyub yang berkata, “Tatkala Ibrahim, putra Rasulullah, meninggal dunia, orang-orang musyrik saling mengabarkan kepada yang lain seraya berkata, ‘Sesungguhnya Ash-Shabi’ (panggilan orang musyrik kepada Nabi saw) ini telah terputus pada malam ini. ’ Allah lantas menurunkan surah ini secara keseluruhan.” Tentang sebab turunnya ayat 2, “Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah),”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Said bin Jubair yang berkata, “Ayat ini turun di Hudaibiyyah. Ketika itu, Jibril turun seraya berkata, ‘Sembelihlah kurban engkau lantas pulanglah!’ Rasulullah lantas berdiri untuk melaksanakan khutbah hari raya lalu shalat dua rakaat. Setelah itu, beliau mengambil kambingnya lalu menyembelihnya.” Riwayat terakhir ini sangat ganjil.
Dari Syamar bin Athiyah diriwayatkan bahwa suatu ketika Uqbah bin Abi Mu’ith bekrata, “Nabi Saw sudah tidak memiliki anak lagi. Dengan demikian, ia adalah seorang yang terputus.” Allah lalu menurunkan ayat 3, “Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij yang berkata, “Diinformasikan kepada saya bahwa ketika Ibrahim, putra Nabi Saw wafat maka orang-orang Quraisy berkata, “Sekarang, Muhammad telah terputus.’ Ucapan tersebut membuat Nabi saw. tersinggung. Selanjutnya, turunlah surat ini sebagai hiburan terhadap beliau.”