بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اَفَرَءَيْتَ اِنْ مَّتَّعْنٰهُمْ سِنِيْنَ ۙ ﴿٢٠٥﴾
a fa ra`aita im matta'nāhum sinīn
Maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun, (205)
ثُمَّ جَاۤءَهُمْ مَّا كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ ۙ ﴿٢٠٦﴾
ṡumma jā`ahum mā kānụ yụ'adụn
kemudian datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka, (206)
مَآ اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يُمَتَّعُوْنَ ۗ ﴿٢٠٧﴾
mā agnā 'an-hum mā kānụ yumatta'ụn
niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan. (207)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Juhdham bahwa Nabi saw. terlihat sedang bingung, lalu para sahabat bertanya, dan beliau menjawab, “Mengapa?”Aku bermimpi melihat musuhku yang berasal dari umatku setelah aku mati.” Maka turunlah ayat 205- 207. Maka hati beliau lega.