Al-Hikam Pasal 177-178
“Hijabnya Makhluk”
إِنَّمَا حَجَبَ اْلحَقَّ عَنْكَ شِدَّةَُ قُرْبِهِ مِنْكَ
177. “ Sesungguhnya yang menghijab(menghalangi) engkau daripada melihat Allah, itu karena sangat dekatnya Allah kepadamu.”
Syarah
Bisa di maklumi, bahwa panca indera manusia itu sangatlah terbatas, contohnya mata untuk bisa melihat, haruslah tepat pada ukurannya, terlalu jauh tidak akan kelihatan begitu juga terlalu dekat, juga tidak akan kelihatan. Seperti kalau kita baca tulisan yang kita dekatkan dan menempel pada mata tentu tidak akan bisa terbaca.
Begitu juga Allah, kita tidak bisa melihat Allah, karena terlalu dekatnya Allah, Allah meliputi kita dengan cara yang sangat sempurna.
Allah berfirman : “ Dan Aku lebih dekat (kepada mayyit) dari pada kamu semua, akan tetapi kamu semua tidak tahu”
Hikmah ini tidak bisa difahami dengan sempurna kecuali orang-orang yang mata hatinya sudah terbuka terang, yang bisa melihat pendhohiran Allah pada makhluknya.
إنَّمَا احْتَجَبَ لِشِدَّة ِظُهُرِهِ وَخَفِيَ عَنِ الاَبْصَارِ لِعَظِيمِ نُورِهِ
178. “ sesungguhnya terhijabnya Allah dari penglihatanmu itu karena sangat jelas dan terangNya, dan samarnya Allah dari penglihatanmu itu karena terlalu besarnya sinar dan cahaya nurNya.”
Syarah
Sebagaimana keterangan hikmah sebelumnya, tentang keterbatasan/kelemahan panca indera manusia yang tidak bisa melihat karena terlalu dekat, begitujuga tidak akan bisa melihat terlalu terang. Pada hakikatnya semua benda itu bisa terlihat karena adanya cahaya/nur, tanpa cahaya takkan bisa terlihat, begitu juga terlalu terangnya cahaya, matapun tidak akan kuat melihat karena terlalu sialau. Seperti contoh matahari, yang cahayanya paling terang dari cahay yang lain yang bisa dilihat mata, sebab dari kuatnya sinar mata hari, mata kita tidak mampu menembus/ melihat dzatnya matahari itu sendiri, sehingga kita bisa tahu matahari hanya lewat sinarnya saja, dan mata tidak kuat/bisa melihat hakikatnya matahari itu. Artinya: matahari itu tidak terhijab oleh dzatnya sendiri tapi cahayanyalah yang menghijab matahari itu. Begitu juga Allah, itu tidak terhijab oleh dzatNya, tapi terhijab oleh makhluknya, sebab terlalu jelas,terang dan besar NurNya. Jadi yang menghijab sesuatu itu bukan dzatnya, tapi kelemahan kita yang menjadikan hijab itu sendiri.
Jadi hakikat/dzat itu tidak akan bisa dicapai dengan panca indera, tapi bisa dicpai dengan matahati yang terang.
Maka apabila engkau melihat dengan mata hatimu, tidak akan menemukan sesuatu yang terlukis pada benda-benda(makhluk) itu selain daripadaNya.