Al-Hikam Pasal 179-182
“Do’a Bukan Penyebab Allah Memberi”
لا يَكُنْ طَلَبُكَ تَسَـبُّـبًا اِلى العَطَاءِ مِنْهُ فَيَقِلَّ فَهْمُكَ عَنْهُ وَاليَكُنْ طَلَبُكَ لاِظْهارِ العُبُودِ يَّةِ وَقياماً بِحُقُوقِ الرُّبُوبيَّةِ
179. “ Jangan sampai do’a permintaanmu itu engkau jadikan alat/sebab untuk mencapai pemberian Allah (jangan punya i’tiqod bahwa pemberian Allah itu sebab do’amu), niscaya akan kurang pengertianmu(makrifatmu) kepada Allah, tetapi hendaknya do’a permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukkan kerendahan, kehambaanmu dan menunaikan kewajiban terhadap keTuhanannya Allah.”
Syarah
Allah swt. Telah memerintahkan hambanya untuk berdo’a dan meminta kepadaNya, tujuan utamanya hanya supaya hamba benar-benar menunjukkan sifat fakir, hina dan bodohnya dihadapan Allah, bukan untuk sebab/alat menghasilkan apa yang diminta.
Hikmah dan pemahaman ini bagi orang yang sudah Arif billah, yang mereka tidak pernah berhenti dan bosan meminta kepada Allah, walaupun tidak diberikan apa yang diminta, bagi mereka antara diberi atau tidak itu sama saja, sehingga mereka selalu menjadi hamba Allah dalam segala keadaan.
Syeih Abul Hasan As-Syadzily ra. Berkata: Janganlah yang menjadi tujuan dari do’amu itu tercapainya hajat kebutuhanmu, maka jika demikian berarti engkau terhijab dari Allah, tetapi seharusnya tujuan do’a itu untuk munajat kepada Allah, yang memeliharamu, menciptakan dirimu. Dan bala’ dan bencana yang memaksa engkau berdo’a kepada Allah, itu lebih baik daripada menerima nikmat kesenangan yang melupakan kepada Allah dan menjauhkan daripadaNya.
كَيْفَ يَكُونُ طَلَبُكَ اللاَّحِقَُ سَبـبًا فى عَطَاءِـهِ السَّابِقِ
180. “Bagaimana mungkin permintaanmu yang datang belakangan, itu bisa menjadi sebab pemberian Allah yang telah ditetapkan dan diputuskan lebih dahulu.”
جَلَّ حُكْمُ الاَزَلِ اَنْيُضَافَ اِلى الْعلَلِ
181. “ Maha suci hukum(putusan) Allah yang telah pasti dalam azal, jika disandarkan kepada sebab musabab(‘ilat).”
Syarah
Sungguh tidak masuk akal kalau permintaan kita yang baru sekarang, itu menjadi sebab pemberian Allah yang sudah lalu. Sesungguhnya keputusan Allah dalam menentukan peraturan alam ini sudah ditentukan/tetapkan dalam zaman ‘azal sebelum adanya alam ini, dan termasuk juga segala kebutuhan hajat hidup semua makhluk termasuk kita manusia, artinya sebelum kita meminta sesungguhnya Allah sudah menentukan apa yang diberikan kepada kita. Yakni Allah sudah memberi sebelum kita meminta. Sebagai contoh kita tidak/belum pernah meminta hidup tapi Allah sudah memberi kehidupan, sewaktu kita masih dalam alam kandungan sampai kita lahir, dan dimasa kanak-kanak, kita belum pernah meminta bahkan belum tahu caranya meminta hajat kebutuhan kita, Allah sudah terlebih dahulu memberikan semua hajat kebutuhan kita sehingga kita bisa hidup sampai sekarang, dan itu sama berlaku seterusnya.
Karena itu jangan mengira seolah-olah Allah lupa dengan hajat kebutuhanmu, sehingga kamu harus mengingatkan Allah supaya memberikan hajat kebutuhanmu. Kalau memang demikian kepercayaanmu terhadap Allah, berarti benar-benar engkau belum mengenal Allah dalam sifat kesempurnaanNya.
Segala sesuatu yang terjadi dialam ini, semata-mata dari qudrat dan irodatnya Allah secara mutlak, sehingga tidak disandarkan pada ‘ilat/sebab musabab (karena ini dan itu).
عِنَايَـتـُهُ فِيْـكَ لالِشَْىءٍ مِنْكَ وَايْنَ كُنْتَ حِينَ وَاجَهَـتـْكَ عِنَـَايَتـُهُ وَقَا بَلَتـْكَ رِعَايَتـُهُ لَمْ يَكُنْ فِى اَزَلِهِ اِخلاََصُ اَعْماَلٍِ وَلاَ وُجُدُ اَحْوَالٍ بَلْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ الاَّ مَحْضُ الاِفْضال وَعَظيمُ النَّوّالِ
182. “ Pemberian dan perhatian Allah kepadamu itu bukan karena sesuatu yang keluar/muncul dari kamu(seperti do’a dan amal sholih), buktinya: dimanakah kamu ketika Allah menetapkan karunianya kepadamu dizaman ‘azal? ( dizaman ‘azal kamu dimana? Kamu tidak ada, kamu juga tidak berbuat apa-apa), disaat itu(zaman ‘azal) tidak ada do’a atau amal yang ikhlas atau akhwal, bahkan tidak ada apa-apa ketika itu kecuali hanya semata-mata anugerah karunia dan pemberian Allah yang agung.”
Syarah
Allah sudah melengkapi dan memenuhi hajat kebutuhan kita disaat kita sendiri belum mengerti apa saja kebutuhan kita, maka dari itu coba kita pikirkan dan perhatikan perhatian dan pemberian Allah pada kita semenjak kita masih berupa air mani, sama sekali kita belum bisa berdo’a dan beramal, tetapi perlengkapan yang diberikan Allah kepada kita tidak berkurang sedikitpun, dan selanjutnya hingga kita lahir, masa kanak-kanak, dewasa dan tua, karunia dan pemberian serta perhatian Allah kepada kita tidak berubah. Dan semua itu tidak bersandar pada amal atau do’a kita. Tapi semata-mata kekuasaan dan kehendak Allah yang mutlak.