AL-Hikam Pasal 183-184 Keinginan Mendapatkan Sirrul ‘Inayah

Al-Hikam Pasal 183-184

“Keinginan Mendapatkan Sirrul ‘Inayah”


عَلِمَ اَنَّ الْعِبَادَ يَتَشَوَّقـُونَ اِلىَ ظُهُورِ سِـرِّالعِنَـَايَةِ فَقاَلَ :يَـخْتـَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَّـَشَـاءُ. وَعَلِمَ اَنّـَهُ لَوْ خَلاَّ هُمْ وَذَالكَ لَتَرَكُواالعملَ إعْتِمَادًا علىْ الاَزَلِ فَقاَلَ: إنَّ رَحْمَة َ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ المُحْسِنِيـْنَ

183. “ Allah telah mengetahui bahwa hamba-hamba ingin mendapat rahasia (kebesaran) karunia Allah(sirrul ‘inayah), maka Allah berfirman: “ Allah sendiri yang menentukan (menghususkan) rahmat dan karunia pada siapa yang dikehendaki” , dan Allah mengetahui andaikan manusia dibiarkan (mengetahui rahasianya), mungkin mereka meninggalkan amal usaha karena berserah pada keputusan dizaman ‘azal, karena itu Allah berfirman: “ Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat pada orang-orang yang berbuat kebaikan” .

Syarah

Sir itu berarti: semua perkara yang ditutupi, karena itu sir dirahasiakan pada kita.

Inayah berarti: bersambungnya Irodah(kehendak Allah) dengan berhasilnya Sir dimasa yang akan datang.

Berhubung Allah mengetahui bahwa kita itu sangat menginginkan dapat mengetahia masadepan kita apa celaka apa bahagia, sehingga kita ingin tahu rahasia pemberian/karunia Allah(sirrul ‘Inayah), lalu kita meminta dengan berdo’a dan beramal sholih, dan kita beri’tikat bahwa dengan do’a dan amal sholih itu bisa menarik sirrul ‘inayah, maka Allah berfirman : “ YAKHTAS-SHU BIROHMATIHII- MAN-YASYA’U( “Allah sendiri yang menentukan (menghususkan) rahmat dan karunia pada siapa yang dikehendaki” Al-Baqarah: 105) untuk mencegah kita dan menghilangkan keinginan kita, karena Allah sendiri lebih mengetahui dimana Ia meletakkan risalahNya.

Dan Allah juga mengetahui bila para hamba dibiarkan mengetahui rahasia pertolonganNya, dan terus menerus melihat bahwa sirrul ‘inayah ‘azaliyyah itu khusus pada sebagian orang,yakni tidak umum, bisa jadi para hamba meninggalkan amal dan berdoa, karena mengandalkan pada keputusan dizaman ‘azal, (kalau dizaman ‘azal aku sudah ditetapkan menjadi orang yang dapat inayah dan menjadi orang khusus, pasti aku akan masuk surga, walaupun tidak beramal, jadi tidak perlu beramal, begitu pula sebaliknya). Karena itu Allah menunjukkan tanda-tanda orang yang mendapatkan ‘inayah/karunia, yaitu orang-orang yang berbuat baik dan memperbaiki perbuatannya. Yakni bukan amal kebaikan itu yang menyebabkan datangnya inayah/karunia, ia hanya sebagai tanda adanya ‘inayah.


إلى المشِيْـءَـةِ يَسْـتَـنِدُ كُلَّ شَىءٍ وَلاَ تَسْـتـنِدُ هِي الَى شَىءٍ

184.“Segala sesuatu tergantung KehendakNya, bukan KehendakNya bergantung pada segala sesuatu.”

Syarah

Segala yang ada ini muncul karena kehendak AzaliNya. Doa, amal ibadah, dan usaha tidak memiliki pengaruh apa pun, pada munculnya keinginan para hamba. Semua bergantung pada hukum Azali.

Lalu aturan kehambaan kita, adalah aturan harus dilakukan, yaitu berusaha, beramal ibadah, taat dan patuh dan senantiasa butuh kepada Allah Swt, sebagai perwujudan kepatuhan hamba kepadaNya.

Al-Wasithy mengatakan, sesungguhnya Allah Swt tidak mendekati si fakir karena kefakirannya, juga tidak menjauhi si kayak arena kekayaannya. Seluruh makhluk ini tidak memiliki pengaruh, baik sukses maupun gagal, bahkan seandainya dunia adan akhirat anda serahkan sepenuhnya kepada Allah, anda tetap tidak akan sampai kepada Allah Swt, dengan dunia dan akhirat anda. Allah mendekatkan mereka kepadaNya, bukan karena sebab atau faktor tertentu, dan Allah mejauhkan mereka dariNya, juga bukan karena faktor-faktor tertentu. Allah Swt, berfirman: “Siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah baginya, maka ia tidak akan meraih cahaya itu.”

Namun, bila Allah Swt, menghendaki hambaNya untuk meraih anugerahNya, maka si hamba pun ditakdirkan untuk berikhtiar, patuh dan beramal sholeh serta ibadah yang benar, tetapi seluruh tindakan hamba itu tidak menjadi penyebab yang mengharuskan turunnya anugerah, namun amal ibadah dan kepatuhan itulah anugerah yang sesungguhnya.