Al Hikam Pasal 235-237
“NIKMAT DAN ADZAB RUH”
٭ النـَّعِيمُ وَاِنْ تنَوَّعَتْ مظَاهِرُهُ انماَ هُوَ بِشُهُودِهِ واقتِرَابهِ . والعذاَبُ واِنْ تنَوَّعَتْ مظَاهِرُهُ انماَ هُوبَِجُودِحجابهِ فَسَببُ العذابِ وُجودُ الحجابِ واتمامُ النـَّعِيْمِ بِاالنـَّظَرِ الىٰ وَجْهِهِ الكَريمِ ٭
234. “ Nikmat itu meskipun bermacam-macam bentuk dan tempat lahirnya, itu semua hanya disebabkan karena melihat dan dekat dengan Allah, demikian pula siksa walaupun beraneka macam bentuk dan tempat lahirnya itu hanya karena terhijabnya dari Allah, maka sebabnya siksa itu karena adanya hijab, dan sempurnanya nikmat yaitu melihat kepada Dzat Allah yang maha mulia.”
Sesungguhnya nikmat yang hakiki itu ketika seorang hamba melihat dzat Allah, dan adzab yang hakiki yaitu bila seseorang terhijab dari Allah. Allah berfirman : “Beberapa wajah manusia kelak berseri-seri, dapat melihat wajah Tuhannya.
Seorang Hamba bisa melihat Allah didunia ini dengan mata hati(bashiroh), dan besok di akhirat dengan mata kepala. Nikmat melihat Allah itu sebesar-besarnya nikmat yang tiada bandingnya, sehingga ketika manusia disurga ditanya oleh Tuhan : Apakah yang kamu rasa masih kurang, dan yang akan kamu minta? Jawab mereka : kami sudah puas, dan tidak ada keinginan untk meminta apa-apa lagi, tiba-tiba Allah membuka hijab untuk bisa melihat wajah/Dzat Allah, maka saat itulah mereka merasa tidak ada nikmat yang lebih besar daripada melihat Dzat Allah.
٭ ماتجدُالقـُلُوبُ منَ الهُمُومِ والاَحزاَنِ فَلا َجْلِ ما مُنِعْتَ منوجودِالعيانِ ٭
236. “ Semua yang dirasakan oleh hati dari berbagai macam kerisauan dan kesusahan, itu semata-mata karena masih tertahan belum dapat melihat (musyahadah) kepada Allah.”
Seumpama hati manusia bisa melihat/musyahadah kepada Allah tentulah tidak ada rasa susah dan risau.
Sebagaiman kisah sayyidina Abu Bakar ketika berada digua tsur bersama Rosulullah, saat dikejar oleh kafir quraisy, Abu Bakar merasa risau dan sedih hati, Rosulullah mengingatkan :
يا ابا بكر ماظَنّـُك باثنينِ اللهُ ثالثهما “ Hai Abu Bakar,Apakah kau mengira kita ini berdua, Allah yang ketiga.” Allah berfirman : لاتحزَنْ انَّ اللهَ معَناَ
“Jangan susah/risau, sesungguhnya Allah besert kita.” Pada saat itu Abu Bakar berada di maqom Yaqin, tapi belum Syauhud, maka Rosullullah menunjukkan bahwa Maqom Syuhud itu diatas maqom Yaqin.
Syeih As-Syblyi ra. Berkata : siapa yang benar-benar mengenal (makrifat) kepada Allah, tidak akan ada risau dan kesusahan selama-lamanya.
Allah berfirman : الاَ اِنَّ اولياءَاللهِ لا خوفٌ عليهِمْ ولاهُمْ يَحْزَنـُونَ
“ Ingatlah, sesungguhnya para waliyullah itu tidak ada rasa takut dan tidak merasa berduka cita/susah.”
٭ مِن تـَماَم النِّعْمةِ عليكَ ان يَرْزُقَكَ ما يكفيكَ ويَمْنعُكَ ما يُطغِيكَ ٭
237. “Sebagian dari sempurnanya nikmat bagimu, jika Allah memberi rizki yang cukup kepadamu, dan menahan daripadamu apa yang dapat menyesatkan kamu.”
Sempurnanya nikmat dari Allah kepada hambanya yitu apabila Allah memberi kecukupan rizqi sehingga tidak bergantung pada selain Allah, yakni merasa cukup dengan semua pemberian Allah (al-Ghina billah).baik urusan kemanusiaan yang berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal. Dan urusan keruhanian yang berupa ilmu, amal dan makrifat billah. Dan menahan /menjaga dari perkara yang menjadikan tersesat sehingga melupakan Allah. Itulah nikmat yang sempurna.
Rosulullah bersabda : “sedikitnya rizki yang cukup itu lebih baik dari pada rizki yang banyak yang melalikan/menyebabkan lupa kepada Allah. Rosulullah juga bersabda : Bukannya kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sesungguhnya ialah kaya hati/tenagnya jiwa. Sabda Rosulullah : Sebaik-baiknya Dzikir itu yang tersembunyi (dalam hati), dan sebaik-baiknya rizki itu yang mencukupi”