AL-Hikam Pasal 243-247 Ilmu Yang Bermanfaat

Al Hikam Pasal 243-247.

 “ILMU YANG BERMANFAAT

 
٭ العلمُ النَّافِعُ هُوَالَّذى يَنْبَسِطُ فىِ الصَّدْرِ شعاعهُ وَيَنكَشِفُ بهِ عن القلبِ قناعهُ ٭
234. “ Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang sinarnya bisa meluas dalam dada, dan bisa membuka penutup hati.”
 
Ilmu yang manfaat yaitu ilmu hati, yang bisa membersihkan hati dari kotoran-kotoran hati, mulai dari aibnya nafsu, aibnya hati, aibnya ruh, dan aibnya sir, dan setelah bersih akan terisi dengan sifat kamal, seperti iman, yaqin,  tumu’ninah, muroqobah, musyahadah dan akhlaq-akhlaq hasanah lainnya.
Sinarnya ilmu yang meluas didada yaitu munculnya yaqin, ridho, taslim(pasrah), merasakan manisnya iman, dan munculnya ma’rifat, dan itu semua akan menimbulkan rasa takut dan malu kepada Allah, tenang dan tumu’ninah dan akhlaq-akhlaq hasanah lainnya.
 
Dan ilmu yang bisa membuka penutup hati seperti ghoflah (lupa kepada Allah), adapun sebab nya ghoflah yaitu : ridho dengan hawa nafsunya, sebabnya ridho dengan hawa nafsu yaitu : cinta pada dunia, dan cinta dunia itu pangkal daripada dosa/kesalahan, yang akan menimbulkan hasud, sombong, marah, benci, bakhil, cinta kedudukan, kerasnya hati dan sifat-sifat tercela lainnya. Dan barang siapa hatinya telah terbuka dari sifat-sifat  tercela tersebut, maka akan muncul sinarnya ilmu. Karena Ilmu billah itu Nur/cahaya dalam hati.
 
Syeih Junaid berkata : Ilu itu ialah mengenal Tuhanmu dan tidak melampaui kedudukan dirimu(kedudukan hamba).
Nabi Dawud as. Berkata : Ilmu dalam dada bagaikan lampu dalam rumah. Imam Malik ra> berkata : Yang bernama ilmu itu bukannya kepandaian atau banyaknya meriwayatkan, tetapi ilmu itu hanya Nur yang diturunkan Allah kedalam hati manusia, dan berguna untuk mendekatkan diri manusia kepada Allah, dan menjauhkannya dari kesombaongan.
 
٭ خيرُالعلمِ ماكانَتِ الخشيَةُ معهُ ٭
244. “Sebaik-baik ilmu yaitu yang disertai khosyyah( takut yang disertai mengagungkan Allah).”
 
Ilmu yang tidak disertai khosyyah itu tidak ada kebaikannya sama sekali, sebab khosyyah itu sebagai hujjah/bukinya ilmu.
Allah berfirman : “Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah dari para hambaku itu, hanya orang-orang alim(berilmu).
 
٭ العلمُ ان قاَرَنـَتـْهُ الخشيَةُ فلكَ وَالاَّ فَعلَيْكَ ٭
245. “ Ilmu yang disertai takut kepada Allah itu yang menguntungkan/manfaat bagimu, dan jika tidak maka itu membahayakan kamu.”
 
  Karena ilmu yang disertai khosyyah (takut dan mengagungkan Allah), itu akan mencegah manusia dari ghoflah dan semua penyebabnya.  Dan akan menimbulkan semangat untuk taqorrub kepada Allah yang akan memperoleh makrifatullah. Sebaliknya ilmu yang tidak disertai khosyyah, akan menjadi bencana baginya, karena maksiatnya orang berilmu itu jauh lebih jelek dibandingkan maksiatnya orang bodoh.
Rosulullh saw. Bersabda : “Kecelakaan bagi orng bodoh itu hanya sekali, dan kecelakaan bagi orang yang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya itu sepuluh kali.”
Beliau juga bersabda : “Akan keluar pada ahir zaman orang yang mencari dunia dengan kedok agama, memperlihatkan dimuka orang bulu domba karena lunak/lemah lembut, lidahnya lebih manis dari madu, tetapi hatinya hati srigala. Allah akan berkata pada mereka : Apakah kamu akan menentang kepadaKu, atau mempermainkan Aku, maka demi kebesaranKu, Aku akan menurunkan kepada mereka ujian fitnah, sehingga orang yang tenang menjadi kebingungan”.
 
Sabda Rosul saw. lagi : “Akan tiba suatu masa pada umat manusia, tiada tinggal dari Al-Qur’an kecuali tulisannya saja, dan islam tinggal hanya namanya saja, hati orang-orangnyakosong dari petunjuk hidayah, dan masjid hanya penuh dengan jasad manusia yang tak berhati taqwa, sejahat-jahat manusia waktu itu ialah para ulama’, sebab dari mereka sumber fitnah dan kepada mereka pula kembalinya”.  Abu-Hurairoh berkata: bersabda Nabi saw. : “Siapa yang belajar ilmu agama, tidak untuk mencapai keridhoan Allah, tidak mempelajarinya kecuali untuk mencapai kepentingan dunia, maka ia tidak akan mendapat bau surga pada hari kiamat”.  Al-Hasan berkata : Siksa bagi seorang alim yaitu mati hatinya. Ketika ditanya: bagaimana matinya hati itu? Jawabnya : Mencari dunia dengan menjual amal akhirat. Dan lebih jahat lagi jika ia menjilat kepada raja (penguasa) untuk mencari keuntungan dari uang haram atau syubhat, maka yang demikian terang-terangan menantang murka Allah.
 
٭ متىٰ المكَ عَدَمُ اِقْبالِ النّاسِ عليك اوْ تَوَجُّهُمُ بِالذ َّمِّ اليكَ فارْجِعْ الىٰ عِلمِ اللهِ فيكَ فَاِنْ كانَ لايَقـْنعُكَ عِلمُهُ فَمُصِيبَتكَ بِعَدَمِ قناعتِكَ بِعلمهِ اشَدُّ من مصِيبَتِكَ بِوُجُودِ الاذىٰ منهُمْ ٭
246. “ Apabila hatimu sakit sebab tidak menghadapnya orang-orang kepadamu, atau menghadapnya meraka dengan mencela kepadamu, maka kembalilah pada ilmu Allah kepadamu( pengetahuan Allah tentang keadaan dirimu), maka apabila engkau tidak puas dengan pengetahuan  Allah kepada drimu itu, berarti engkau mendapat  bala’/musibah yang lebih besar karena engkau tidak puas terhadap pengetahuan/ilmu Allah, bala’ itu lebih besar dari bala’ sekedar diganggu oleh sesama manusia.”
 
Seorang hamba seharusnya hanya memperhatikan ridho dan murka Tuhannya saja, tidak senang kecuali diridhoi oleh Allah, dan tidak susah kecuali jika dimurkai oleh Allah. Adapun pujian dan hinaan dari manusia datang/menghadap kepadamu atau pergi/meniggalkannya orang dari kamu tidak harus dihiraukan. Karena pengetahuan Allah terhadap dirimu itu yang harus kita perhatikan. Sebab jika engkau disisi Allah baik dan mulia, maka biarpun semua orang meniggalkanmu dan menghinamu, niscaya kamu tetap baik dan mulia. Dan sebaliknya bila kamu disisi Allah buruk dan tercela, walaupun semua manusia memuji kamu, maka engkau tetap mendapat siksa dan binasa.  Akan tetapi kalau kamu masih sakit hati dan susah sebab ditinggalkan manusia dan dihina manusia berarti kamu tidak puas(tidak merasa cukup) dengan ilmu Allah (pengetahuandan penglihatan  Allah terhadap dirimu), dan itulah bala’ dan musibah terbesar bagimu.
 
٭ ارادَ ان يُزْعِجَكَ عن كُلِّ شىءٍحتىّٰ لايشغلكَ عَنْهُ بشىءٍ ٭
٭ انَّماَ اجْرَى اْلاَذٰى على اَيدِيهِمْ كيلاَ تكُونَ ساكِناً اليهِمْ ٭
247, “ Sesungguhnya Allah menjalankan/melakukan gangguan kepadamu lewat tangan-tangan manusia, supaya kamu tidak condong kepada mereka.  Dan Allah sengaja membuat hatimu jemu/jengkel dari segala sesuatu(selain Allah),  supaya tidak ada sesuatu yang bisa melupakan kamu kepada Allah (tidak ada yang mengganggu kamu ingat pada Allah).”
 
 Seorang hamba apabila condong, tunduk, dan berharap kepada manusia, itu akan membahayakan hatinya.  Syeikh Abul-Hasan As-Syadzily ra. Berkata : Guruku berwasiat kepadaku, kata beliau : Larilah dari kebaikan (bantuan) orang, melebihi dari larimu karena kejahatan orang kepadamu,  sebab kebaikan orang itu membahayakan hatimu, sedang kejahatan orang itu hanya membahayakan badan/jasmanimu,  dan bahaya jasmani itu lebih ringan dibanding bahaya hati.  Sesungguhnya jika ada musuh yang mendekatkan kamu kepada Allah, itu lebih baik daripada teman yang memutuskan kamu dari Allah.
Syeikh Abdus-Salam bin Masyisy berdo’a : Ya Allah, ada orang yang minta kepada-Mu supaya semua orang tunduk kepadanya, maka engkau telah memperkenankan dan mereka puas dengan itu, sebaliknya  saya minta supaya semua makhluk menjauh daripadaku, sehingga tidak ada bagiku tempat berlindung dan berharap kecuali hanya pada-Mu.
 
Rosulullah saw. Bersabda : Siapa yang memberimu kebaikan, maka lekaslah engkau balas dengan kebaikan yang seimbang, jika kamu tidak dapat membalas maka do’akanlah orang itu.(supaya kamu tidak berhutang budi kepadanya). Adapun Do’anya : Jazaka-llahu khoiro( semoga Allah membalasmu dengan kebaikan).  Muhammad bin al-Hasan berkata : Ketika saya sedang berputar-putar di bukit lubnan, tiba-tiba ada seorang pemuda yang keluar dari bukit, badanya hangus karena serangan angin samum, ketika pemuda itu melihat padaku, tiba-tiba ia melarikan diri, lalu saya kejar, dan ketika ia telah berhenti, saya minta nasihat kepadanya,  maka ia berkata : Berhati-hatilah dari pada Allah, karena Allah itu sangat cemburu, Allah tidak suka melihat dalam hati hambaNya sesuatu selain-Nya. Dan jangan sampai ada dalam hati perasaan : barangkali orang akan menolong dan membantu padaku.
 
Ruh itu ketika condong, tenang dan cinta pada alam as-sufla(dunia)dan apa yang ada didalamnya, maka sulit untuk pindah ke alam malakut/alam ruhany. Sehingga sebab belas kasih dan kebaikan Allah kepada Hamba(wali)-Nya, maka dihilangkan dari hati hambanya kecodongan dan kecintaan nafsunya. dengan cara yang pertama keluarga dan anak-anaknya inkar/tidak suka kepadanya, lalu tetangga dan orang yang senang kepadanya, lalu alam dan kemudahannya, ketika ruh tahu bahwa alam sudah inkar/tidak senang kepadanya, sehingga menjadi sulit kehidupannya,maka ruh akan lari kepada Tuhannya. Dan sudah tidak ada rasa condong dan berharap kepada alam sama sekali. Ketika seperti itu sempurnalah wushulnya kepada Tuhannya, dan menjadi nyata fana’nya.