Al-Hikam Pasal 273-275
“KEISTIMEWAAN BERFIKIR”
الفكرة سيرالقلب في ميا دين الاغيار
273. “ Berfikir itu jalannya hati didalam lapangan/medannya semua makhluk.”
Barang siapa tidak ada kesempatan maka dia tidak bisa berfikir, dan siapa yang tidak berfikir maka tidak bisa jalan, dan siapa yang tidak jalan maka dia tidak akan sampai. Maka berfikir itu ialah jalannya hati menuju Hadrotu-Robbi.
Dan berfikir itu jalannya hati kepada melihat semua makhluknya Allah, supaya bisa menunjukkan adanya Anwar (cahaya Ilahy). Rosulullah saw. Melihat suatu kaum, maka ditanya : Mengapakah kamu? Jawab mereka : Kami sedang memikirka Dzat Allah. Maka nabi Bersabda : Berfikirlah makhluk Allah, dan jangan berfikir tentang Dzat Allah, maka sungguh kamu tidak akan dapat memperkirakannya/menjangkaunya, atau membatasi kebesaranNya.
٭٭ الفكرة سرَاج القلبِ فإذا ذاهبَت فلا إضاءة َ لهُ ٭٭
274. “ Berfikir itu sebagai lampu/pelita hati, maka bila hilang berfikirnya/tidak berfikir, maka tidak ada penerangan bagi hatinya.”
Berfikir atas keagungan Allah itu adalah cahaya/Nur, apabila hati disibukkan dengan berfikir tetang keagungan Al-haq, maka ia disinari dengan sinar Al-Haq, apabila hati tidak berfikir tentan Al-Haq, maka fikiran akan dimasuki oleh aghyar/makhluk, dan itu kegelapan. Dan selamanya antara cahaya dan kegelapan itu tidak akan bisa bersatu. Yakni apa bila cahaya datang maka hilanglah kegelapan, begitu juga sebaliknya.
Syeikh Abul Hasan As-Syadzily ra. Berkata : Ada empat perkara apabila manusia bisa mengerjakan keempatnya ia tergolong Shiddiqin al-muqorrobin, apabila bisa mengerjakan tiga perkara ia digolongkan Auliya’ullah al muqorrobin, apabila bisa mengerjakan dua perkara ia digolongkan Syuhada’ al mu’minin, apabila bisa mengerjakan satu perkara dari empat tersebut ia digolongkan Hamba Allah yang sholihin. Yaitu:
yang pertama : Dzikir, adapun bentuknya berupa amal sholih, dan buah/hasilnya berupa Nur/cahaya.
Yang kedua: Al-fikr (berfikir), bentuk lahirnya : Shobar, dan buahnya : Ilmu.
Yang ketiga : Al-faqir , bentuk lahirnya berupa Syukur, dan buahnya: Bertambah.
Yang keempat : Al-Hub (cinta), bentuk lahirnya benci dunia dan seisinya, buahnya : sampai/bertemu dengan yang dicintai (Allah).
٭٭ الفكرة فكرتانِ: فكررةتصديق ٍوإيمانٍ وفكرةٌ شهٍَودٍ وعيان ٍ، فالا ُلى لأربابِ الاعتبار، والثانية ُلأربابِ الشهودِ والاِستبصارِ ٭٭
275. “ Tafakkur/berfikir itu ada dua macam : fikiran yang timbul dari pembenaran dan kepercayaan, dan fikiran yang timbul karena menyaksikan dan melihat kenyataan. Yang pertama adalah untuk mereka yang mengambil iktibar yaitu para salik yang mengambil dalil : adanya makhluk menunjukkan adanya Kholik. Sedang yang kedua bagi mereka yang sudah terbuka hijab sehingga bisa melihat kenyataan dengan Bashiroh (mata hati)nya(yakni para ‘arif).”
Fikiran yang timbul dari pembenaran dan kepercayaan itu jalannya hati didalam lapangan/medannya semua makhluk, yang dia berfikir tentang ciptaannya Allah, untuk sampai pada makrifat/mengenal sang Pencipta, kekuasaanNya, dan Ilmu-Nya dan semua sifat-sifatNya. Yakni seorang salik yang melihat alam/makhluk dan berfikir adanya ciptaan/buatan pasti ada yang menciptakan/membuat, sehingga alam/makhluk dijadikan iktibar/dalil adanya kholik(Allah).
Sedangkan berfikirnya ahli syuhud dengan mata hati yaitu berjalan ruh dilapangan/medan Nur. Yakni berfikirnya para ‘Arifun/majdzubun, yang mereka menyaksikan san pencipta baru melihat ciptaannya, sehingga mereka berkata : karena adanya pencipta, maka terjadilah yang dicipta.