Al-Hikam Pasal 77-79
Jangan Meremehkan Wirid Sebab Belum Datangnya Warid
اِذاَ رَأيْتَ عَبْداً أقاَمهُ اللهُ تعالى بِوُجُودِ الاَورَدِ وَاَدَمَهُ عليهاَ مَعَ طُولَ الامساَدَ فَلاَ تـَسْتحْقِرَنَّ ماَمنَحَهُ مَولاهُ لاَنَّكَ لم تَرَعليهِ سِيماَ العاَرِفِينَ ولاَ بَهْجَةَ المُحِبِّينَ فَلولاَ واَرِدٌ ماكاَنَ وِرْدٌ
77. "Jika engkau melihat seseorang yang ditetapkan oleh Allah dalam menjaga wiridnya, dan sampai lama tidak juga menerima karunia [keistimewaan] dari Allah(warid), maka jangan engkau rendahkan [remehkan] pemberian Tuhan kepadanya, karena belum terlihat padanya tanda orang arif, atau keindahan orang cinta pada Allah, sebab sekiranya tidak ada warid [karunia Allah], maka tidak mungkin ada wirid."
Syarah
Wirid dan warid yang telah diterangkan pada Hikmah 64 disinggung lagi dalam Hikmah 77 ini.
Wirid ialah macam-macamnya ibadah yang dikerjakan oleh hamba, seperti sholat puasa, dzikir dan lainnya.
Jadi apabila kau merendahkan pemberian Allah pada sebagian hamba yang berupa wirid itu berarti kau kuran tatakerama pada hamba tersebut.
Hamba Allah yang mendapat keistimewaan dari Allah ada dua macam:
-Muqorrobin.
- Abroor.
Adapun hamba yang muqorrobin yaitu mereka yang telah dibebaskan dari kepentingan nafsunya, dan ia hanya sibuk menunaikan ibadah dan taat kepada Tuhan, karena merasa sebagai hamba yang mengharapkan keridhoan Allah semata-mata, dan mereka yang disebut aarifin, muhibbin.
Adapun orang Abroor, yaitu mereka yang masih merasa banyak kepentingan dunia/nafsu keinginannya, dan mereka juga mengerjakan ibadah kepada Allah, mereka masih menginginkan masuk kesurga dan selamat dari neraka.dan mereka yang dinamakan orang zahid aabid.
Dan masing-masing mendapat karunia sendiri-sendiri di dalam tingkat derajatnya yang langsung dari Allah Ta'ala.
Sebenarnya seseorang yang mendapat taufik dan hidayah dari Allah, sehingga dia istiqamah dalam menjalankan suatu wirid [taat ibadah], berarti telah mendapat karunia dan rahmat yang besar sekali, sebab ia telah diberi kunci oleh Allah untuk membuka dan menghasilkan karunia yang lain dan kebesaran Allah.
قومٌ اَقاَمهُمُ الحَق ُّ لِخِدمتِهِ وقومٌ اِخـْتصَّهُمْ بِمَحَبَّتِهِ ،كُلا ًّنُمِدُّ هٰـءوُلاَءِ وهٰـءُولاَءِ من عطاَءِ رَبِّكَ وماكانَ عَطاءُ رَبِّكَ كانَ مَحْظُوراً
78. "Sebagian dari kaum ada yang oleh Allah didudukan dalam bagian ibadah semata-mata dan ada kaum yang diistimewakan oleh Allah dengan kecintaan-Nya. ‘Untuk masing-masing Kami [Allah] memberi karunia dan pemberian-pemberian, dan pemberian Tuhan-mu tidak terbatas’."
Syarah
Allah sendiri yang memilih hamba-Nya, maka ada yang dipilih untuk melaksanakan ibadah yang lahir, ialah mereka para aabid dan zahid, dan ada pula yang dipilih oleh Allah untuk Kesayangan [Kekasih] Allah dan mereka ini orang-orang aarif dan muhibbin yang tidak ada tempat dalam hati mereka kecuali dzikrullah semata-mata. Menganggap dunia ini kosong tidak ada apa-apa kecuali Allah yang menciptakan dan melaksanakan segala sesuatunya.
Jadi ketika hamba melihat pada pilihan Allah atas hambanya dan mengkhususkan kedudukan pada hamba tersebut, bisa menjadikan si hamba tidak memandang rendah pada kedudukan yang telah Allah berikan kepada sebagian hamba. Syeikh Abu Yazid al-Busthomy berkata, “Allah ta’ala melihat hati para hamba(kekasihnya), lalu sebagian ada yang tidak pantas/kuat memikul beratnya nur makrifat, lalu Allah menyibukkan hamba tersebut dengan Ibadah”.
قَـلَّما تَكونُ الواَرِداَتُ الاِلٰهِيَّة ُ اِلاَّ بَغْتَة ً لـءَـلاَّ يَدَّعِيَهاَ العِبَادُ بِوجوُدِ الاِسْتِعدادِ
79. "Jarang sekali terjadi karunia besar dari Allah (warid) itu kecuali datang secara mendadak [tiba-tiba], supaya tidak ada orang yang mengaku bahwa ia dapat karena telah mengadakan persiapan untuk menerima karunia itu."
Syarah
Yang dimaksud Warid disini adalah ilmu-ilmu Wahbyyah dan ilmu yang halus yang berhubungan dengan kemakrifatan, yang oleh Allah diberikan pada hamba-hambanya.
Dan pemberian itu biasanya dalam kondisi mendadak tanpa persiapan seperti sholat, puasa dll. Supaya hamba tidak mengku-aku bahwa dia ahli Warid/kehebatan.
Singkatnya : Warid itu hadiyah dan anugerah dari Allah. jadi bukan hasil setelah mengerjakan macam-macamnya ibadah.