Al-Hikam Pasal 87
Tanda-Tanda Orang ‘Arif
ماَالعاَرِفُ مَن اذاَ اَشارَ وجدَ الحَق َّ اقرَبَ اليهِ مِنْ اِشارَتِهِ ، بلِ العارفُ مَن لاَ اِشارَة َ لهُ لِفَناءـهِ في وُجُوده وانطِواَءـهِ في شهوُدهِ
"Tidak disebut orang arif itu, orang yang bila ia memberi isyaroh sesuatu ia merasa bahwa Allah lebih dekat dari isyaroh-Nya, tetapi orang arif itu ialah yang merasa tidak mempunyai isyaroh, karena merasa lenyap diri dalam wujudAllah, dan diliputi oleh pandangan [syuhud] kepada Allah".
Syarah
Hikmah yang lalu menerangkan keadaan orang awam yang dihijab oleh cahaya dunia dan syaitan sehingga mereka tidak jadi untuk berbuat taat kepadaAllah . Hikmah 87 ini pula menerangkan keadaan orang yang berjalan pada jalan Allah dan sudah mengalami hakikat-hakikat,tetapi cahaya hakikat masih menjadi hijab antara dirinya dengan Allah, Pengalaman tentang hakikat menurut istilah tasawuf disebut isyaroh tauhid. Isyarat-isyarat tersebut apabila diterima oleh hati maka hati akan mendapat pengertian tentang Allah. Isyarat-isyarat demikian membuatnya merasa dekat dengan Allah . Orang yang merasa dekat dengan Allah, tetapi masih melihat kepada isyarat-isyarat tersebut masih belum mencapai makam arifbillah. Orang arifbillah sudah melepas isyarat-isyarat dan sampai kepada Allah yang tidak boleh diisyaratkan lagi. Maqom ini dinamakan fana-fillah atau lebur kewujudan diri dalam Wujud Mutlak dan penglihatan mata hati tertumpu kepada Allah semata-mata, yaitu dalam keadaan:
Tiada sesuatu sebanding dengan-Nya.
Tidak ada nama yang mampu menceritakan tentang Dzat-Nya. Tidak ada sifat yang mampu menggambarka n tentang Dzat -Nya. Tidak ada isyarat yang mampu memperkenalkan Dzat -Nya. Itulah Allah yang tidak ada sesuatu apa pun menyerupai-Nya. Maha Suci Allah dari apa yang disifatkan.
Yakni, siapa yang masih mempunyai pandangan kepada sesuatu selain Allah, maka belum sempurna sebagai seorang [yang mengenal kepada Allah]. Tetapi seorang arif yang sesungguhnya, ialah yang merasakan kepalsuan sesuatu selain Allah, sehingga pandangannya tiada lain kecuali kepada Allah.
Seorang ‘arif ditanya tentang apakah fana’ itu? Beliau menjawab, “Fana’ ialah Muncul/terlihatnya sifat keagungan dan kemegahan Allah pada hamba-Nya, sehingga hamba tersebut jadi lupa akan dunia, lupa akhirat, lupa derajat, lupa makom, hal,dzikir. lupa akalnya, lupa dirinya sendiri, lupa fana’nya sebab tenggelam dalam takdhim kepada Allah ta’ala.”