AL-Hikam Pasal 107-108 Nikmat Iijad Diciptakan Dan Nikmat Imdad Kelanjutan

Al-Hikam Pasal 107-108

“Nikmat Iijad(Diciptakan) dan Nikmat Imdad(Kelanjutan)”


نِعْمَتاَنِ ماَ خَرَجَ موْجُودٌ عَنْهاَ ولاَ بُدَّ لِكُلِّ مُكـَوِّنٍ مِنْهُما نِعْمةُ الاِيْجادِ وَنِعْمة ُالاِمْداَدِ

107.”Ada dua nikmat yang tidak ada satu mahlukpun yang terlepas dari keduanya, yaitu nikmat ciptaan(diwujudkan) dan nikmat kelanjutan.

Syarah

Karena tiap makhluk asalnya tidak ada, maka nikmat yang diterima pertama kali adalah nikmat iijad/diciptakanAllah yang menjadikannya ada.kemudian dilanjutkan dengan nikmat Imdad/kelanjutan hidup, yakni melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak dilengkapi kebutuhan hidup maka tidak akan dapat bertahan hidup.


اَنْعَمَ عليكَ اوَّلاً بِالاِيجَادِ واثاَنياً بِتَوالى الاِمدادِ

108. “Pada mulanya Allah memberi nikmat kepadamu berupa iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yang kedua: melengkapi kebutuhan-kebutuhan wujudmu yang terus-menerus(bantuan/pertolongan Allah)”.

Syarah

Allah berfirman: wa-asbagho ‘alaikum ni’mahuu-dhohirotan-wa-baathinah.(Allah menuangkan kepadamu nikmat lahir batinyang terang dan samar, dan yang tidak terasa.)

Dan firman Allah: “Tetapi Allah yang mencintakan kamu kepada iman,dan Allah menghias iman itu dalam hatimu, dan Allah yang membencikan kamu kepada kufur(kekafiran)dan pelanggaran dan maksiat dosa. Merekalah orang yang dapat petunjuk, itu semua karunia dari Allah dan nikmat, dan Allah maha mengetahui lagi bijaksana. Al-hujurat 8”.

Dzun-Nun Al-Mishri berkata: Siapa yang dalam tauhid itu merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid itu, tidak dapat menyemenyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa tauhidnya itupun karunia dari Allah ta’ala.

Seseorang apabila telah merasa asal kejadiaannya dari Allah dan kelanjutannya pun dari Allah, merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan ia tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan yang di hajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya.