Kitab Tajwid Tuhfatul Athfal Pengarang kitab ini memulai kitabnya dengan memperkenalkan diri beliau yang bernama Sulaiman. Nama lengkap beliau adalah Syeikh Sulaiman bin Husain bin Muhammad al-Jamzuriy.
Jamzur adalah nama tempat kelahiran beliau, sebuah kampung di kota Thanta, Mesir. Beliau dilahirkan di bulan Rabi'ul awal, sekita tahun 1160 H. Kitab ini sengaja dibuat format video agar mudah dalam menghapal, tidak cepat bosan, terutama dibawakan dengan merdu sehingga mudah dimengerti.....
untuk selanjutnya guru tinggal mengasah saja...
Berikut Teksnya :
Berkata seorang yang mengharap rahmat dari Sang Maha Pengampun selalu,yang bernama Sulaiman dia seorang dari Jamzur.
Pengarang kitab ini memulai kitabnya dengan memperkenalkan diri beliau yang bernama Sulaiman. Nama lengkap beliau adalah Syeikh Sulaiman bin Husain bin Muhammad al-Jamzuriy. Jamzur adalah nama tempat kelahiran beliau, sebuah kampung di kota Thanta, Mesir.
Beliau dilahirkan di bulan Rabi'ul awal, sekita tahun 1160 H.
Segala puji hanyabagi Allah, danSholawat atas Muhammad dan keluarganya, serta orang-orang yang mengikutinya.
Segala puji hanya bagi Allah SWT atas semua nikmat-nikmat-Nya, dan sholawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW yang telah diturunkan kepadanya al-Qur'an, dan juga kepada keluarga, para shahabat yang telah menjaga al-Quran hingga sampai kepada kita tanpa penambahan maupun pengurangan sedikitpun. Sholawat dan salam semoga juga terlimpah kepada orang-orang yang membaca al-Qur'an, yang mempelajarinya, dan yang mengajarkannya.
Dan selanjutnya, nadzom (syair) ini adalahbagi orang yang menginginkan pembahasan mengenainun, tanwin, dan berbagai mad.
Kitab nadzom ini hanya akan membahas tentang hukum-hukum nun mati dan tanwin, serta hukum-hukum mad saja, sedangkan pembahasan tentang makhroj huruf, sifat huruf dan lainnya dapat ditemukan dalam kitab yang lainnya.
Aku menamainya dengan Tuhfat al-Athfaal (hadiah pemberian bagi anak-anak), dari guru kami Al-Mihiy yang memiliki kesempurnaan ilmu.
Pengarang kitab ini menamai kitab nadzom ini dengan nama تُحفَـة الأَطْفَالِ, yang berarti hadiah bagi anak-anak. Dan beliau juga menyebutkan bahwa ilmu ini beliau pelajari dari gurunya yang luas ilmunya yaitu Syaikh Nuruddin al-Mihiy rahimahullah.
Aku mengharap dengan adanya kitab ini memberikan manfaat bagi para pelajar, dan aku berharap balasan dari Allah, dan diterima sebagai amal jariyah oleh Allah, dan mendapatkanpahala dari Allah,
Dan bagi mim ketika mati/disukun (mim mati) yang berada sebelum huruf hijaiyah, selain alif layyinah (ى)bagi orang yang pandai.
Hukum-hukumnya ada 3 bagi siapa saja yang ingin membacanya dengan tepat. Yaitu ikhfa', idghom, dan idzhar saja.
Maka hukum mim mati yang pertama adalah ikhfa', bagi huruf ba'yaitu ketika mim mati bertemu ba', dan dinamakan ikhfa'syafawi yaitu bunyi pada bibirmenurut ahli qira'at.
Disebut dengan ikhfa'syafawi untuk membedakan dengan ikhfa'(hakiki) pada nun mati dan tanwin ketika bertemu dengan huruf hijaiyah.
Hanya ada satu huruf ikhfa'syafawi, yaitu ba'(ب) contoh: يَعْتَصِمْ بِاللهِ (ali-Imran:101)
Danhukum mim mati yang kedua adalah idghom bagi huruf yang serupa yaitu apabila mim mati bertemu dengan mim, dan disebut dengan idghom shoghir (kecil), wahai para pemuda ketahuilah.
Selain disebut idghom shoghir, juga disebut idghom mutamatsilain (serupa), idghom bighunnah (berdengung), serta idghom syafawi.
Contoh:
- وَلَكُمْ مَّا (al-baqarah:141)
- أَمْ مَنْ أَسَّسَ (at-taubah:109)
- وَهُمْ مِنْ (an-naml:89)
Dan hukum mim mati yang ketiga adalah idzhar, dalam huruf-huruf yang tersisa dari huruf hijaiyah selain yang tersebut di dua hukum sebelumnya, dan namailah dengan idzhar syafawiy yaitu membaca idzhar dengan makhroj pada bibir.
Contoh:
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (al-baqarah:21)
مَمْنُونٍ (fushshilaat:8)
Dan berhati-hatilah pada pengucapan ikhfa'/samar pada huruf wawu dan fa'karena dekatnya makhroj huruf fa'dan ba'dan karena samanya makhroj huruf wawu dan ba'maka perhatikanlah.
Contohnya:
عَلَيْهِمْ وَلَا (misalnya pada an-Naml:70), dibaca dengan idzhar bukan ikhfa'
وَتَرَكَهُمْ فِي (al-baqarah:17), dibaca dengan idzhar/jelas bukan ikhfa'/samar
Bagi lam al (lam ta'rif) terdapat dua hukum, ketika berada sebelum huruf hijaiyah, yang pertama adalah idzhar/jelas qamariyah, maka ketahuilah.
Lam ta'rif adalah lam yang berada sebelum isim/kata benda, yang merupakan tambahan dari bentuk asalnya. Hukum bacaan lam ta'rif ada dua, yang pertama adalah idzhar, yaitu membaca lam sukun tersebut dengan jelas. Idzhar ini disebut juga idzhar qamariyah/bulan (atau idzhar lam qamariyah).
Disebut qamariyah, karena cara membacanya yang jelas, serupa dengan bulan yang bisa dilihat dengan jelas oleh mata telanjang. Atau bisa juga disebut demikian karena serupa dengan cara pengucapan kata اَلْقَمَرُ (al-qamaru)
Dibaca idzhar qamariyah, jika lam ta'rif tersebut berada sebelum 4 beserta 10 yaitu 14 huruf, maka ambillah informasi, dari kalimat: ابْـغِ حَجَّـكَ وَخَـفْ عَقِيـمـهُ yaitu ا، ب، غ، ح، ج، ك، و، خ، ف، ع، ق، ي، م، ه
contoh:
اَلْبَرِئُ، اَلْغَنِيُّ، اَلْحَلِيْمُ، اَلْكَرِيْمُ، اَلْوَدُوْدُ، اَلْفَتَّاحُ، العَلِيْمُ، اَلْقاَدِرُ، اليَمِيْنُ، اَلْمُلْكِ، اَلْهَادِي
lam pada kata-kata tersebut disebut lam qamariyah.
Hukum yang kedua adalah idghom syamsiah, dalam 4 dan 10 yakni 14 huruf juga, maka camkanlah kalimat berikut:
Disebut dengan idghom syamsiah/(jenis)matahari, karena cara membacanya yang “menghilangkan”/menyamarkan lam dan memasukkan ke huruf selanjutnya, serupa dengan matahari yang tidak tampak jelas terlihat oleh mata telanjang. Atau juga bisa disebut demikian karena keserupaan dengan cara pengucapan الشَّمْسُ(asy-syamsu)
14 huruf tersebut terkumpul di awal kalimat syair: دَعْ سُـوءَ ظَنٍ زُرْ شَرِيـفَاً لِلْكَـرَمطِبْ ثُمَّ صِلْ رُحْمَاً تَفُـزْ ضِفْ ذَا نِعَم yaitu ط، ث، ص، ر، ت، ض، ذ، ن، د، س، ظ، ز، ش، م
contoh:
الطَّامَةُ، الثَّواَبُ، الصَّلاَةُ، الرَّحْمٰنُ، التَّۤا ئِبُوْنَ، الضَّۤالِيْنَ، الذَّاكِرِيْنَ، النَّاسُ، الدِّيْنُ، السَّائِحُوْنَ، الظَّا لِمُوْنَ، الزُّجاَجَةُ، الشَّياَ طِيْنَ، اللَّيْلُ
lam dalam kata-kata tersebut dan yang serupa dengannya disebut lam syamsiah.
Lam pertama dinamakan lam qamariyah, dan lam lainnya disebut lam syamsiah.
Dan membaca dengan jelas/idzhar bagi lam fi'il (kata kerja) adalah mutlak, misalnya dalam contoh kata: قُلْ نَعَمْ , قُلْـنَا dan الْتَقَـى
kecuali jika huruf sesudahnya adalah lam atau ra', misal: قُلْ لَّهُمْ disebut idghom mutamatsilain, dan قُلْ رَبّ disebut idghom mutaqorribain.
Jika dua huruf memiliki sifat dan makhroj yang sama, maka disebut mitslain/mutamatsilain.
Disebut Idghom mutamatsilain jika idghom dengan dua huruf yang sama sifat dan makhrojnya, seperti:
- اذْهَبْ بِّكِتَابِي(an-Naml:28)
- وَقُلْ لَّهُمْ (misalnya pada an-Nisa:63)
Dan jika makhrojnya berdekatan, dan berbeda dalam sifatnya, maka disebut:
idghom mutaqorribain, jika idghom dengan dua huruf yang bertemu berbeda sifat tapi dekat makhrojnya. Terdapat dua keadaan yaitu:
1. idghom ketika qof bertemu dengan kaf, contoh: أَلَمْ نَخْلُقْكُّمْ (al-mursalaat:20)
2. idghom ketika lam sukun/mati bertemu dengan ra', contoh: وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا (thaahaa:114)
Mutaqarribain, selanjutnya jika dua huruf tersebut sama makhrojnya, namun berbeda sifatnya, disebut:
idghom mutajanisain jika dua huruf tersebut makhrojnya sama, namun berbeda sifat. Seperti berikut ini:
1. saat dal sukun bertemu dengan ta', contoh: قَدْ تَّبَيَّنَ (al-baqarah:256), وَجَدْتُّ (an-Naml:23)
2. saat ta'bertemu dengan dal, contoh: قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا (yunus:89), أَثْقَلَتْ دَعَوَا(al-a'raf:189)
3. saat ta'bertemu dengan tho', contoh: فَآمَنَتْ طَّائِفَةٌ (ash-Shof:14)
4. saat tho'bertemu dengan ta', contoh: بَسَطْتَّ (al-maidah:28), فَرَّطْتُّ (az-Zumar:56)
5. saat tsa'bertemu dengan dzal, contoh: يَلْهَثْ ذَٰلِكَ (al-a'raaf:176)
6. saat dzal bertemu dengan dzho', contoh: إِذْ ظَّلَمْتُمْ (az-Zukhruf:39)
7. saat ba'bertemu dengan mim, contoh: ارْكَبْ مَّعَنَا(huud:42)
Dengan mutajanisain, selanjutnya jika huruf pertama dari semuanya tersebut di sukun/mati, maka disebut shoghir (idzhar shogir)
semua contoh terdahulu, yang disebutkan dalam penjelasan bait sebelum ini, adalah contoh idghom shoghir.
Selanjutnya jika keduanya berharokat untuk semua istilah tersebut, maka disebut kabir (idghom kabir) , dan fahamilah dengan contoh.
Misalnya: الرَّحِيْمِ مَّلِكِ
Dan mad itu ada ashliy (asli) dan far'iy (cabang), mad jenis yang pertama (mad ashliy) disebut juga mad thobi'iy.
Panjang bacaan mad adalah satu alif/dua harakat.
Mad thobi'iy tidak bergantung pada sebab (misalnya sebab waqaf dan sukun/mati), dan juga tidak bergantung pada huruf lain
Akan tetapi setiap huruf hijaiyah selain hamzah atau sukun, yang datang atau berada setelah buruf mad disebut mad thobi'i.
Mad ashliy juga disebut dengan mad thobi'iy.
Sedangkan mad yang selainnya, disebut mad far'iy, yang waqaf atas sebab hamzah atau sukun, secara mutlak (baik di tengah maupun di akhir kata)
Huruf mad far'iyada 3, yang terkumpul dalam lafadz وَاىٍyaituwauw, alif, dan ya'.
Dan (syarat dibaca mad adalah)kasroh sebelum ya', dan dhommah sebelum wawu, sebagai syarat dibaca mad, serta fathah sebelum alif, wajib juga di baca mad.
Contoh:
1. dhommah sebelum wawu: يَقُوْلُ
2. kasroh sebelum ya': قِيْلَ
3. fathah sebelum alif: قَالَ
Dan disebut dengan mad layyin, jika ada ya'atau wawu mati/sukun, namun ketika itu huruf sebelumnya berharokat/berbaris fathah.
Bagi mad, terdapat 3 hukum, yaitu jenis pembagian mad, yaitu mad wajib, mad jaiz, dan mad lazim.
Adapun yang disebut dengan mad wajib, yaitu ketika datang hamzah setelah mad, didalam satu kalimat, maka disebut dengan mad wajibmuttasil.
Panjang bacaan mad wajib muttashil, para ulama ahli qira'ah berbeda pendapat, menurut Imam Ashim dari riwayat Imam Hafs, adalah lima harakat atau dua setengah alif.
Contoh:
- جَاۤءَ , hamzam berada setelah mad (alif setelah fathah)
- سُوْۤءَ
- سِيۤءَ
- الملاۤ ئكة
Dan boleh, membaca panjang atau pendek, jika terpisah setiap katanya (tidak dalam satu kalimat), yang demikian disebut dengan mad jaiz munfasil.
Jika hamzah yang bertemu dengan mad, berada di awal kalimat yang lain, maka disebut mad jaiz munfasil. Panjang bacaan mad wajib munfasil menurut Imam Ashim dari riwayat Imam Hafs dari jalan Imam Syatibi adalah 4 atau 5 harokat.
Contoh:
- فِۤي أَنْفُسِهِمْ
- قُوۤا أَنْفُسِكُمْ
Dan sebagaimana mad jaiz munfasil, ketika huruf mati baru datang kemudian, yang berupa waqaf, seperti kata:تَعْـلَـمُـونَ danنَسْـتَعِــينُ hal ini disebut mad 'aridl.
Panjang bacaan mad aridl lissukun, adalah sekitar 2 harakat, 4 harakat atau 6 harakat.
Atau jika hamzah datang terlebih dahulu, daripada mad, keadaan demikian disebut dengan mad badal, seperti kata:آمَـنُوا danإِيَـماناً ambilah penjelasan ini dengan seksama.
Panjang bacaan mad badal, menurut Imam Ashim menurut riwayat Imam Hafsh adalah satu alif (dua harakat) sebagaimana mad tobi'iy.
Dan disebut dengan mad lazim, jika sukunnya adalah asli, dalam keadaan washal atau waqaf, yang berada setelah mad yang dibaca panjang.
Perkiraan panjang bacaan mad lazim adalah 6 harakat (3 alif).
Contoh:
- الصَّاۤ خَّه
- الضَّاۤلِّيْن
Pembagian mad lazim, menurut ahli qira'ah, ada empat, yaitu mad lazim kilmi, dan serta harfiy.
Dan keduanya, yaitu kilmi dan harfiy, ada yang mukhoffaf (ringan) dan mutsaqqal (berat); keempat pembagian ini akan segera diperinci penjelasannya.
Mad lazim ada 4, yaitu: mad lazim kilmi mukhoffaf, mad lazim kilmi mutsaqqal, mad lazim harfi mukhoffaf, mad lazim harfi mutsaqqol.
Maka, jika sukun berkumpul dalam satu kata dengan huruf mad, maka disebut dengan mad lazim kilmi.
Contoh:
- الحاۤقَّةُ
- الطَّۤامَةُ
- الصّاَۤخَّة
Atau dalam huruf tsulatsi(yaitu huruf hijaiyah yang jika di lepas rangkaian pembentuk suara hurufnya terdiri dari 3 huruf), dan huruf madnya terletak ditengahnya, maka disebut dengan mad lazim harfi.
Contoh huruf tsulatsi adalah nun (ن) yang jika ditulis lengkap akan seperti ini: نُون , huruf-huruf hijaiyah yang termasuk tsulatsi dapat diringkas dalam kalimat: نَقَصَ عَسَلُكُمْ atau kalimat كَمْ عَسَلْ نَقَصْ yaitu ن، ق، ص، ع، س، ل، ك، م
Keduanya, yaitu mad lazim kilmi dan mad lazim harfi, disebut dengan mutsaqqal(yaitu mad lazim kilmi mutsaqqol atau mad lazim harfi mutsaqqol) jika didghomkan; dan masing-masing dari keduanya disebut dengan mukhoffaf (yaitu mad lazim kilmi mukhoffaf dan mad lazim harfi mukhoffaf) jika tidak diighomkan.
Dan mad lazim harfiy, itu terdapat pada awal-awal surat, yaitu dalam delapan surat yang teringkas-
Terkumpul dalam huruf-huruf pada kalimat:كَمْ عَسَلْ نَقَصْ (berapa banyak madu yang berkurang?)dan adapun 'ain itu memiliki dua wajahyaitu cara membaca, yaitu membaca panjang/mad atau membawa tawasuth/pertengahan. Namun membaca dengan mad itu lebih masyhur.
Dan adapun selain huruf tsulatsi, yang bukan alif, maka madnya termasuk mad thobi'iy, ia dikenali.
Dan begitu juga termasuk mad thobi'i yaitu awal surat-surat al-Quran yang terkumpul serta teringkas dalam lafadz:حَيٍّ طَـاهِرٍ (hidup bersih/suci)
contoh:
- حٰمۤ
- طٰهٰ
Dan terkumpul dalam awal 14 surat, yang masyhur terkumpul dalam kalimat:صِلْهُ سُحَيْراً مَنْ قَطَعْك (sambunglah tali silaturahim diwaktu sahur/pagi, pada orang-orang yang memutuskannya)
Dan telah khatam sempurna, nadhom ini, dengan memuji Allah (dengan hamdalah), atas sempurna selesainya nadhom dengan pujian kepada-Nya tanpa ada batas.
Jumlah baitnya adalah“نَـدٌّ بَـداَ” (tumbuhan yang harum/tumbuhan pohon gaharu) kata ini jika diterjemahkan menurut perhitungan jummal (http://ar.wikipedia.org/wiki/حساب_الجمل) menunjukkan angka 61 yaitu: ن = 50 + د = 4 + ب = 2 + د = 4 + ا = 1 = 61
bagi orang yang memiliki akalyaitu orang pandai , tanggal penyelesaiinya adalah “بُشْـرَى لِمَـنْ يُـتْقِـنُـهَا” (kabar baik bagi orang yang menguasai nadhom tersebutnadhom tuhfatul athfal ini), jika dilakukan perhitungan yang serupa, kalimat ini menghasilkan angka: 1198 , yaitu nadhom ini selesai dikarang oleh pengarang kitab ini di tahun 1198 H.
Lalu sholawat dan salam selamanya, atas penutup para nabi yaitu Ahmad, yang terpuji semua tentangnya, Nabi Muhammad SAW.
Dan juga para keluarganya, dan para sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya, dan juga bagi setiap orang yang membacakitab ini, dan juga setiap orang yang mendengar kitab ini.