بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
يَقُوْلُوْنَ ءَاِنَّا لَمَرْدُوْدُوْنَ فِى الْحَافِرَةِۗ ﴿١٠﴾
yaqụlụna a innā lamardụdụna fil-ḥāfirah
(Orang-orang kafir) berkata, “Apakah kita benar-benar akan dikembalikan kepada kehidupan yang semula? (10)
ءَاِذَا كُنَّا عِظَامًا نَّخِرَةً ۗ ﴿١١﴾
a iżā kunnā 'iẓāman nakhirah
Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kita telah menjadi tulang belulang yang hancur?” (11)
قَالُوْا تِلْكَ اِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ ۘ ﴿١٢﴾
qālụ tilka iżang karratun khāsirah
Mereka berkata, “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.” (12)
فَاِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَّاحِدَةٌۙ ﴿١٣﴾
fa innamā hiya zajratuw wāḥidah
Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja. (13)
فَاِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِۗ ﴿١٤﴾
fa iżā hum bis-sāhirah
Maka seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru). (14)
Sa’id bin Mansyur meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’b yang berkata, “ketika turun firman Allah S.79:10 sebagai keterangan kepada Rasulullah yang terdengar oleh kaum kuffar Quraisy berkata: “Kalau kita dihidupkan kembali sesudah mati, kita sunguh-sungguh akan berada dalam kerugian.” Allah lalu menurunkan ayat ini”.