بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ ﴿٤٢﴾
yas`alụnaka 'anis-sā'ati ayyāna mursāhā
Mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari Kiamat, “Kapankah terjadinya?” (42)
فِيْمَ اَنْتَ مِنْ ذِكْرٰىهَاۗ ﴿٤٣﴾
fīma anta min żikrāhā
Untuk apa engkau perlu menyebutkannya (waktunya)? (43)
اِلٰى رَبِّكَ مُنْتَهٰىهَاۗ ﴿٤٤﴾
ilā rabbika muntahāhā
Kepada Tuhanmulah (dikembalikan) kesudahannya (ketentuan waktunya). (44)
Al-Hakim dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah yang berkata, “Rasulullah sering ditanya tentang kapan terjadinya hari kiamat hingga turunlah aya, “Mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari Kiamat; kapan terjadinya? Untuk apa engkau perlu menyebutkannya...” (An-Nazi’at: 42-44)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Juwaibir dari Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang musyrik Mekkah sering bertanya kepada Rasulullah, dalam rangka mengejek, “Kapan terjadinya Kiamat itu?” Allah lantas menurunkan ayat ini hingga menyinggung permasalahan hari kiamat hingga turunlah ayat, “Untuk apa engkau perlu menyebutkannya (waktunya)? Kepada Tuhannmulah (dikembalikan) kesudahannya (ketentuan waktunya).” (An-Nazi’at: 43-44)
Ibnu Hatim juga meriwayatkan hal senada dari Urwah.