Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban atau Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani
صحيح ابن حبان ٢٧٣٨: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي مَعْشَرٍ بِحَرَّانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الصَّبَّاحِ الْعَطَّارُ، قَالَ: حَدَّثَنَا مَحْبُوبُ بْنُ الْحَسَنِ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: فُرِضَتْ صَلاَةُ السَّفَرِ وَالْحَضَرِ رَكْعَتَيْنِ، فَلَمَّا أَقَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَانِ رَكْعَتَانِ، وَتُرِكَتْ صَلاَةُ الْفَجْرِ لِطُولِ الْقِرَاءَةِ، وَصَلاَةُ الْمَغْرِبِ لأَنَّهَا وِتْرُ النَّهَارِ.
Shahih Ibnu Hibban 2738: Al Husain bin Muhammad bin Abu Ma'syar di Harran mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abdullah bin Ash-Shabah Al Aththar menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahbub bin Al Hasan menceritakan kepada kami dari Abu Daud bin Abu Hind, dari Asy Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah, dia berkata, "Mulanya, shalat diwajibkan sebanyak dua rakaat, baik ketika mukim maupun bepergian. Setelah Rasulullah menetap di Madinah, kewajiban shalat ketika sedang mukim ditambah menjadi dua rakaat-dua rakaat, sedangkan jumlah rakaat shalat Subuh dibiarkan tetap (dua rakaat) karena bacaan shalat yang panjang. Begitu pula jumlah rakaat shalat Maghrib, karena ia merupakan penutup waktu siang."706 21:1
Shahih Ibnu Hibban Nomer 2738