بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اَلَآ اِنَّهُمْ يَثْنُوْنَ صُدُوْرَهُمْ لِيَسْتَخْفُوْا مِنْهُۗ اَلَا حِيْنَ يَسْتَغْشُوْنَ ثِيَابَهُمْ ۙيَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَۚ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ ۔ ﴿٥﴾
alā innahum yaṡnụna ṣudụrahum liyastakhfụ min-h, alā ḥīna yastagsyụna ṡiyābahum ya'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụn, innahụ 'alīmum biżātiṣ-ṣudụr
Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) memalingkan dada untuk menyembunyikan diri dari dia (Muhammad). Ingatlah, ketika mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan, sungguh, Allah Maha Mengetahui (segala) isi hati. (5)
Bukhari meriwayatkan dari ibnu abbas tentang firmannya, “ingatlah , sesungguhnya mereka (munafik) memalingkan dada untuk menyembunyikan diri dari Muhammad...”. Dikatakan, dahulu ada sebagian orang yang malu membuang hajat karena kemaluannya akan terlihat langit dan malu menggauli istri karena kemaluannya akan terlihat langit, maka turunlah yat ini.
Ibnu jarir dan lainya meriwayatkan dari Abdullah bin syaddad. Dahulu seseorang apabila berpapasan dengan Nabi saw, memiringkan tubuhnya dan menyelimutkan pakaiannya agar tidak terlihat beliau. Maka turunlah ayat ini.