بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
وَلَىِٕنْ اَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ اِلٰٓى اُمَّةٍ مَّعْدُوْدَةٍ لَّيَقُوْلُنَّ مَا يَحْبِسُهٗ ۗ اَلَا يَوْمَ يَأْتِيْهِمْ لَيْسَ مَصْرُوْفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ﴿٨﴾
wa la`in akhkharnā 'an-humul-'ażāba ilā ummatim ma'dụdatil layaqụlunna mā yaḥbisuh, alā yauma ya`tīhim laisa maṣrụfan 'an-hum wa ḥāqa bihim mā kānụ bihī yastahzi`ụn
Dan sungguh, jika Kami tangguhkan azab terhadap mereka sampai waktu yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata, “Apakah yang menghalanginya?” Ketahuilah, ketika azab itu datang kepada mereka, tidaklah dapat dielakkan oleh mereka. Mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka memperolok-olokkannya. (8)
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari qatadah bahwa ketika turun firman-Nya,”telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amalnya...”(21:1) beberapa orang mengatakan, ‘kiamat sudah dekat karena itu hentikan perbuatan jahat kalian’. Maka mereka sedikit menjauhi kekejian mreka. Kemudian kembali melakukan kejahatan. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ibnu jarir meriwayatkan hal serupa dari ibnu juraij.