بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ ﴿١١٨﴾
yā ayyuhallażīna āmanụ lā tattakhiżụ biṭānatam min dụnikum lā ya`lụnakum khabālā, waddụ mā 'anittum, qad badatil-bagḍā`u min afwāhihim wa mā tukhfī ṣudụruhum akbar, qad bayyannā lakumul-āyāti ing kuntum ta'qilụn
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti. (118)
Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu orang-orang muslim menjalin hubungan baik dengan orang-orang Yahudi karena ketika masa jahiliah mereka membuat janji setia untuk saling membela. Lalu Allah menurunkan firman-Nya kepada mereka yang melarang mereka menjadikan orang-orang Yahudi itu sebagai teman kepercayaan demi menghindari keburukan.