Hadits Shahih Ibnu Hibban

Hadits Shahih Ibnu Hibban

Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban atau Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani

Biografi Ibnu Hibban


صحيح ابن حبان ٤٣: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ الْمُؤَذِّنُ، حَدَّثَنَا عَوْفُ بْنُ أَبِي جَمِيلَةَ، عَنْ يَزِيدَ الْفَارِسِيِّ، قَالَ‏:‏ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ‏:‏ قُلْتُ لِعُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ‏:‏ مَا حَمَلَكُمْ عَلَى أَنْ قَرَنْتُمْ بَيْنَ الأَنْفَالِ وَبَرَاءَةَ، وَبَرَاءَةُ مِنَ الْمِئِينَ، وَالأَنْفَالُ مِنَ الْمَثَانِي، فَقَرَنْتُمْ بَيْنَهُمَا‏؟‏ فَقَالَ عُثْمَانُ‏:‏ كَانَ إِذَا نَزَلَتْ مِنَ الْقُرْآنِ الآيَةُ دَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْضَ مَنْ يَكْتُبُ فَيَقُولُ لَهُ‏:‏ ضَعْهُ فِي السُّورَةِ الَّتِي يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا، وَأُنْزِلَتِ الأَنْفَالُ بِالْمَدِينَةِ، وَبَرَاءَةُ بِالْمَدِينَةِ مِنْ آخِرِ الْقُرْآنِ، فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَمْ يُخْبِرْنَا أَيْنَ نَضَعُهَا، فَوَجَدْتُ قِصَّتَهَا شَبِيهًا بِقِصَّةِ الأَنْفَالِ، فَقَرَنْتُ بَيْنَهُمَا، وَلَمْ نَكْتُبْ بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، فَوَضَعْتُهَا فِي السَّبْعِ الطُّوَلِ‏.

Shahih Ibnu Hibban 43: Abu Khalifah mengabarkan kepada kami: Utsman bin Haitsam Al Mu‘adzdzin menceritakan kepada kami: Auf bin Abu Jamilah menceritakan kepada kami, dari Yazid Al Farisi, dia berkata; Ibnu Abbas berkata; Aku berkata kepada Utsman bin Affan, “Apa yang mendorongmu untuk menyambungkan antara Surah Al Anfaal dan Bara‘ah (At-Taubah). Bara‘ah termasuk Al Mi'iin,”’ dan Al Anfaal termasuk Al Matsaani" tapi kalian menyambungkan antara keduanya.” Maka Utsman berkata, “Dulu apabila turun satu ayat dari Al Qur'an, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil sebagian orang yang menulisnya dan berkata kepadanya, ‘Letakkanlah dia dalam surah yang di dalamnya disebutkan demikian." Al Anfaal diturunkan di Madinah. Bara‘ah juga di Madinah dan termasuk Surah Al Qur`an yang paling akhir. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam meninggal sebelum mengabarkan kepada kami di mana kami harus meletakkannya. Dan aku mendapati kisahnya menyerupai kisah Al Anfaal. Maka aku menyambungkan keduanya. Dan kami tidak menulis di antara keduanya kalimat: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Oleh karena itu, aku meletakkannya dalam As-Sab’ Ath-thiwaal (tujuh Surah yang panjang)." 32:1

Shahih Ibnu Hibban Nomer 43