Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban atau Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani
صحيح ابن حبان ٧٤: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: أُنْزِلَ الْقُرْآنُ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، وَالْمِرَاءُ فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ ثَلاَثًا، مَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ، فَاعْمَلُوا بِهِ، وَمَا جَهِلْتُمْ مِنْهُ، فَرُدُّوهُ إِلَى عَالِمِهِ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ فَاعْمَلُوا بِهِ أَضْمَرَ فِيهِ الاِسْتِطَاعَةَ، يُرِيدُ: اعْمَلُوا بِمَا عَرَفْتُمْ مِنَ الْكِتَابِ مَا اسْتَطَعْتُمْ. وَقَوْلُهُ: وَمَا جَهِلْتُمْ مِنْهُ فَرُدُّوهُ إِلَى عَالِمِهِ فِيهِ الزَّجْرُ عَنْ ضِدِّ هَذَا الأَمْرِ، وَهُوَ أَنْ لاَ يَسْأَلُوا مَنْ لاَ يَعْلَمُ.
Shahih Ibnu Hibban 74: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami: dia berkata: Abu Khaitsamah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Anas bin Iyadh menceritakan kepada kami dari Abu Hazim, dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. bersabda, “Al Qur'an diturunkan dengan tujuh logat, memperdebatkan Al Qur'an adalah kufur (beliau ucapkan tiga kali). Apa yang kalian ketahui darinya maka amalkanlah, dan apa yang tidak kalian ketahui darinya maka kembalikanlah kepada orang yang mengetahuinya.” 1:27 Abu Hatim berkata: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Apa yang kalian ketahui dari Al Qur'an, maka amalkanlah,” yaitu dengan menyembunyikan konotasi kemampuan. Beliau maksudkan adalah “Apa yang kalian ketahui dari Al Qur'an maka amalkanlah semampu kalian” Adapun sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Dan apa yang tidak kalian ketahui darinya, maka kembalikanlah kepada orang yang mengetahuinya " terdapat kecaman dan larangan terhadap kebalikan dari perintah ini, yaitu jangan kalian bertanya kepada orang yang tidak mengetahui.
Shahih Ibnu Hibban Nomer 74