Muhammad bin Ishaq Abu Bakar bin Khuzaimah an Naisabury
صحيح ابن خزيمة ٣٠: ثنا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْمُرَادِيُّ، ثنا شُعَيْبٌ يَعْنِي ابْنَ اللَّيْثِ، عَنِ اللَّيْثِ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ وَهُوَ ابْنُ شُرَحْبِيلَ ابْنِ حَسَنَةٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هُرْمُزَ قَالَ: قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ يَأْثُرُهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُّ ابْنِ آدَمَ أَصَابَ مِنَ الزِّنَا لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنُ زِنَاؤُهَا النَّظَرُ، وَالْيَدُ زِنَاؤُهَا اللَّمْسُ، وَالنَّفْسُ تَهْوَى أَوْ تُحَدِّثُ، وَيُصَدِّقُهُ أَوْ يُكَذِّبُهُ الْفَرْجُ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: " قَدْ أَعْلَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ اللَّمْسَ قَدْ يَكُونُ بِالْيَدِ قَالَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ: وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ الأنعام: 7 قَدْ عَلَّمَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ أَنَّ اللَّمْسَ قَدْ يَكُونُ بِالْيَدِ، وَكَذَلِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا نَهَى عَنْ بَيْعِ اللِّمَاسِ دَلَّهُمْ نَهْيُهُ عَنْ بَيْعِ اللَّمْسِ أَنَّ اللَّمْسَ بِالْيَدِ، وَهُوَ أَنْ يَلْمِسَ الْمُشْتَرِي الثَّوْبَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُقَلِّبَهُ وَيَنْشُرَهُ، وَيَقُولُ عِنْدَ عَقْدِ الشِّرَاءِ إِذَا لَمَسْتُ الثَّوْبَ بِيَدِي فَلَا خِيَارَ لِي بَعْدُ إِذَا نَظَرْتُ إِلَى طُولِ الثَّوْبِ وَعَرْضِهِ أَوْ ظَهَرْتُ مِنْهُ عَلَى عَيْبٍ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ لِمَاعِزِ بْنِ مَالِكٍ حِينَ أَقَرَّ عِنْدَهُ بِالزِّنَا: لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ أَوْ لَمَسْتَ، فَدَلَّتْ هَذِهِ اللَّفْظَةُ عَلَى أَنَّهُ إِنَّمَا أَرَادَ بِقَوْلِهِ: أَوْ لَمَسْتَ غَيْرَ الْجِمَاعِ الْمُوجِبِ لِلْحَدِّ، وَكَذَلِكَ خَبَرُ عَائِشَةَ " قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «وَلَمْ يَخْتَلِفْ عُلَمَاؤُنَا مِنَ الْحِجَازِيِّينَ وَالْمِصْرِيِّينَ وَالشَّافِعِيُّ، وَأَهْلُ الْأَثَرِ أَنَّ الْقُبْلَةَ وَاللَّمْسَ بِالْيَدِ إِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْيَدِ وَبَيْنَ بَدَنِ الْمَرْأَةِ إِذَا لَمِسَهَا حِجَابٌ وَلَا سُتْرَةٌ مِنْ ثَوْبٍ وَلَا غَيْرِهِ أَنَّ ذَلِكَ يُوجِبُ الْوُضُوءَ» غَيْرَ أَنَّ مَالِكَ بْنَ أَنَسٍ كَانَ يَقُولُ: «إِذَا كَانَتِ الْقُبْلَةُ وَاللَّمْسُ بِالْيَدِ لَيْسَ بِقُبْلَةِ شَهْوَةٍ؛ فَإِنَّ ذَلِكَ لَا يُوجِبُ الْوُضُوءَ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «هَذِهِ اللَّفْظَةُ وَيُصَدِّقُهُ أَوْ يُكَذِّبُهُ الْفَرَجُ مِنَ الْجِنْسِ الَّذِي أَعْلَمْتُ فِي كِتَابِ الْإِيمَانِ أَنَّ التَّصْدِيقَ قَدْ يَكُونُ بِبَعْضِ الْجَوَارِحِ لَا كَمَا ادَّعَى مَنْ مَوَّهَ عَلَى بَعْضِ النَّاسِ أَنَّ التَّصْدِيقَ لَا يَكُونُ فِي لُغَةِ الْعَرَبِ إِلَّا بِالْقَلْبِ، قَدْ بَيَّنْتُ هَذِهِ الْمَسْأَلَةَ بِتَمَامِهَا فِي كِتَابِ الْإِيمَانِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 30: Al Rabi’ bin Sulaiman Al Muradi menceritakan kepada kami, Syu’aib —maksudnya Ibnu Al-Laits— menceritakan kepada kami dari Al-Laits dari Ja’far bin Rabi’ah —Ia adalah Syurahbil bin Hasanah— dari Abdurrahman bin Hurmuz, ia berkata: Abu Hurairah berkata seraya menyebutkan, Dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, "Setiap keturunan Adam secara pasti pernah berzina. Mata, zinanya adalah memandang, tangan, zinanya adalah menyentuh, nafsu berkeinginan atau bercerita dan kemaluan membenarkan atau mendustakannya."122 Abu Bakar berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan bahwa menyentuh terkadang menggunakan tangan. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Dan, kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri.” Allah Azza wa Jalla telah mengajarkan bahwa menyentuh itu terkadang dengan tangan (7-ba'), demikian pula Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sewaktu melarang jual beli jenis al-lams (kesepakatan jual beli dengan cara menyentuh), beliau memberi petunjuk kepada mereka akan larangan jual beli dengan sentuhan, bahwa menyentuh itu dengan tangan, yaitu seorang pembeli menyentuh baju tanpa membolak-balik dan membentangkan baju itu, saat transaksi beli, ia berkata, ‘Bila aku menyentuh baju dengan tanganku, maka aku tidak punya pilihan lain sesudahnya ketika aku memperhatikan panjang dan lebarnya atau aku dapati cacat padanya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Ma’iz bin Malik, sewaktu ia mengaku berbuat zina, “Barangkali kamu hanya mengecup atau menyentuh." Kalimat ini menunjukkan bahwa dengan ucapan, “Atau menyentuh”, yang beliau maksudkan bukan bersetubuh yang menyebabkan hukuman had. Demikian pula hadits Aisyah. Abu Bakar berkata, “Para ulama kita, ulama Hijaz, Mesir, Asy- Syafi’i, Ahli hadits tidak berbeda pendapat mengenai masalah mengecup dan menyentuh dengan tangan, bila antara tangan yang menyentuh dengan badan perempuan tidak ada penghalang atau tirai berupa baju atau yang lainnya, hal itu mewajibkan wudhu, hanya saja Malik bin Anas pernah mengatakan, “Bila mengecup dan menyentuh dengan tangan tidak disertai syahwat, hal itu tidak mewajibkan wudhu.” Abu Bakar berkata, “Kalimat 'dan kemaluan membenarkan atau mendustakannya’ Termasuk jenis yang saya beritahukan di dalam pembahasan tentang iman. Pembenaran itu kadang dilakukan oleh sebagian anggota badan, tidak seperti yang diakui ulama yang menyampaikan tidak semestinya kepada sebagian orang, bahwa di dalam bahasa Arab, pembenaran itu hanya dengan hati. Saya telah menjelaskan masalah ini secara lengkap di dalam pembahasan tentang iman.
Shahih Ibnu Khuzaimah Nomer 30