Muhammad bin Ishaq Abu Bakar bin Khuzaimah an Naisabury
صحيح ابن خزيمة ٣١: ثنا بِشْرُ بْنُ مُعَاذٍ الْعَقَدِيُّ، ثنا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي ثَوْرٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ الْغَنَمِ؟ قَالَ: «إِنْ شِئْتَ فَتَوَضَّأْ، وَإِنْ شِئْتَ فَلَا تَتَوَضَّأْ» . قَالَ: أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ الْإِبِلِ؟ قَالَ: «نَعَمْ» . قَالَ: فَتَوَضَّى مِنْ لُحُومِ الْإِبِلِ قَالَ: أُصَلِّي فِي مَرَبض الْغَنَمِ؟ قَالَ: «نَعَمْ» . قَالَ: أُصَلِّي فِي مَبَارِكِ الْإِبِلِ؟ قَالَ: «لَا» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «لَمْ نَرَ خِلَافًا بَيْنَ عُلَمَاءِ أَهْلِ الْحَدِيثِ أَنَّ هَذَا الْخَبَرَ صَحِيحٌ مِنْ جِهَةِ النَّقْلِ» وَرَوَى هَذَا الْخَبَرَ أَيْضًا: عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي ثَوْرٍ، أَشْعَثُ بْنُ أَبِي الشَّعْثَاءِ الْمُحَارِبِيُّ، وَسَمَّاكُ بْنُ حَرْبٍ فَهَؤُلَاءِ ثَلَاثَةٌ مِنْ أَجِلَّةِ رُوَاةِ الْحَدِيثِ قَدْ رَوَوْا عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي ثَوْرٍ هَذَا الْخَبَرَ
Shahih Ibnu Khuzaimah 31: Bisyr bin Mu’adz Al Aqadi menceritakan kepada kami, Abu Awanah menceritakan kepada kami dari Utsman bin Abdullah bin Mauhab dari Ja’far bin Abu Tsaur dari Jabir bin Samurah, bahwa seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah saya harus berwudhu karena makan daging kambing?” Beliau menjawab, “Jika kamu mau berwudhulah, dan jika kamu mau, janganlah berwudhu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah saya harus berwudhu karena makan daging unta?” Beliau menjawab, “Ya” Beliau bersabda, “Akupun berwudhu 123 karena makan daging unta” Laki-laki itu bertanya, “Apakah saya boleh shalat di kandang kambing?” Beliau menjawab, “Ya” Laki-laki itu bertanya lagi, “ Apakah aku boleh shalat di kandang unta? ’ Beliau menjawab, “Tidak.” Abu Bakar berkata, “Kami tidak melihat adanya perbedaan pendapat di kalangan pakar hadits bahwa hadits ini shahih dari sisi periwayatan. Hadits ini juga diriwayatkan dari Ja’far bin Abu Tsaur, Asy’ats bin Abu Asy-Sya’tsa' Al Muharibi dan Simak bin Harb. Tiga orang itu termasuk pembesar di antara para perawi hadits. Mereka meriwayatkan hadits ini dari Ja’far bin Abu Tsaur.
Shahih Ibnu Khuzaimah Nomer 31