بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
۞ لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الْجَهْرَ بِالسُّوْۤءِ مِنَ الْقَوْلِ اِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًا عَلِيْمًا ﴿١٤٨﴾
lā yuḥibbullāhul-jahra bis-sū`i minal-qauli illā man ẓulim, wa kānallāhu samī'an 'alīmā
Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (148)
Hannad ibnus Siri dalam kitab az-Zuhd meriwayatkan bahwa Mujahid berkata, “Firman Allah, ‘Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi, “turun pada seorang lelaki yang bertamu di rumah seseorang di Madinah. Namun, sang tuan rumah tidak menjamunya dengan baik. Lalu dia keluar dari rumahnya dan memberi tahu orang-orang tentang perlakuan tuan rumah yang buruk terhadapnya. Lalu dia dibolehkan melakukan hal itu (memberi tahu kelakuan tuan rumah).”