بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ ﴿١٩﴾
au kaṣayyibim minas-samā`i fīhi ẓulumātuw wa ra'duw wa barq, yaj'alụna aṣābi'ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā'iqi ḥażaral-maụt, wallāhu muḥīṭum bil-kāfirīn
Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir. (19)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi al-Kabiir, dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dan dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud dan sekelompok sahabat, mereka berkata,
“Dulu ada dua orang munafik penduduk Madinah yang melarikan diri dari Rasulullah menuju tempat orang-orang musyrik. Kemudian mereka ditimpa hujan yang Allah sebutkan ini. Hujan tersebut disertai dengan guruh yang dahsyat, petir dan kilat. Setiap kali petir menyambar mereka menutup telinga karena takut petir tersebut memekakan telinga sehingga dapat membunuh mereka. Jika ada kilat berkelebat, mereka berjalan menuju cahayanya. Namun jika tidak ada cahaya kilat, mereka berdua tidak dapat melihat. Maka mereka pulang kembali ke tempat mereka. Mereka berkata, ‘Andai saja sekarang telah pagi, niscaya kita mendatangi Muhammad kemudian berbai’at kepadanya.’ Kemudian mereka berdua mendatangi beliau dan masuk Islam. Mereka menjadi muslim yang baik. Maka Allah menjadikan keadaan kedua orang ini sebagai perumpamaan bagi orang-orang munafik di Madinah. Setiap orang-orang munafik Madinah menghadiri majelis Nabi mereka menutup telinga karena takut mendengar jika ada wahyu yang turun berkenaan dengan mereka atau mereka diingatkan dengan sesuatu yang dapat membuat mereka mati ketakutan. Hal ini seperti dua orang munafik yang menutupi telinganya. ‘...Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawahnya...’ (Al-Baqarah: 19). Jika orang-orang muslim memiliki harta dan anak yang banyak juga mendapatkan ghanimah atau kemenangan, mereka ikut di dalamnya dan berkata, ‘Sesungguhnya agama Muhammad kali ini benar.’ Maka mereka istiqamah di dalamnya seperti dua orang munafik yang berjalan jika kilat menyinari mereka tadi. ‘...Dan jika gelap menimpa mereka, mereka berhenti...’ (Al-Baqarah: 19). Maka jika harta dan anak orang-orang muslim sedikit serta ditimpa kesulitan, mereka berkata, ‘Ini karena agama Muhammad.’ Mereka pun murtad dan kembali kafir. Hal ini seperti yang dikatakan dua orang munafik tersebut ketika kilat tidak menyinari mereka.”